Buku

The Inheritance of Loss (2006)

Penulis: Kiran Desai
Tebal: 433 halaman
Penerbit: Penguin Books, New York

The Inheritance of Loss (2006)

Mengambil tempat di daerah Himalaya, perbatasan India dan Nepal, pada tahun 1980-an, novel ini mengangkat soal keantaraan, multikulturalisme, dan kesenjangan kelas. Sai, seorang gadis yatim piatu, tinggal bersama kakeknya di India setelah ayah dan ibunya meninggal di Rusia. Kakeknya, Jemubhai Patel, seorang hakim lulusan Universitas Cambridge. Biju, anak juru masak sang hakim, mengadu nasib di Amerika Serikat. Sementara Gyan yang berdarah Nepal tetap tinggal di daerah perbatasan itu dan memperjuangkan negara bagian Nepal. Bergelut dengan kehidupan modern, mereka tersesat dalam menelusuri sejarah ataupun mewujudkan impian mereka.

Sesudah Hullabaloo in the Guava Orchard (1998), kali ini Kiran Desai, perempuan kelahiran India yang mengenyam pendidikan di Inggris dan Amerika Serikat, menerima pujian tak kalah banyaknya. The Inheritance of Loss meraih Hadiah Man Booker, penghargaan paling bergengsi di seantero negara persemakmuran untuk novel berbahasa Inggris.

The White Castle (2007)

Penulis: Orhan Pamuk
Penerjemah: Fahmy Yamani
Tebal: 298 halaman
Penerbit: Serambi, Jakarta

The White Castle (2007)

Novel ini adalah karya Orhan Pamuk yang pertama diterjemahkan ke bahasa Inggris. Kisah bergulir lewat sudut pandang "aku," seorang Italia terpelajar yang ditangkap armada Turki Utsmani/Ottoman dan dijadikan budak di Istanbul pada abad ke-17. Tuannya, Hoja, yang berwajah sangat mirip dengan "aku", meminta si budak yang menolak masuk Islam itu mengajarkan seluruh pengetahuan yang dikuasainya. Mereka sering duduk dan menulis bersama, berbagi pengalaman hidup termasuk mimpi mereka.

Suatu ketika wabah mematikan menyerang Istanbul. Setelah Hoja, dibantu si "aku," berhasil mengatasi wabah tersebut, ia diangkat menjadi peramal istana. Obsesi Hoja selanjutnya adalah merancang senjata perang untuk melawan Polandia, namun senjata yang mahal dan dianggap konyol itu gagal menjebol benteng "Istana Putih". Hoja melarikan diri ke Venesia bagaikan menjalani kehidupan si "aku," demikian pula sebaliknya.

Dengan alur lambat, tuan dan budak silih berganti menguasai, dan hubungan psikologis keduanya pun semakin ganjil. Di bab terakhir, lama setelah kejadian itu, identitas narator pun tak luput dipertanyakan. Novel ini menggunakan gaya bermain-main serius ala pascamodern, termasuk misalnya di bagian pengantar novel ini, yang ditulis oleh tokoh dalam novel Pamuk sebelumnya.

Pamuk, penulis Turki peraih Hadiah Nobel Sastra 2006 itu, tampaknya banyak dipengaruhi oleh corak fantastik karya Franz Kafka, Jorge Luis Borges, dan Italo Calvino. Namun, selain menulis novel-novel yang canggih secara estetik, ia pun seorang pembela hak berbicara, dan termasuk yang menentang fatwa Khomeini atas Salman Rushdie. Karya-karya Pamuk telah diterjemahkan ke lebih dari 40 bahasa.

Perantau (2007)

Penulis: Gus tf Sakai
Tebal: 130 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Perantau (2007)

Dua belas cerpen Gus tf Sakai yang terkumpul dalam buku ini mengangkat beragam tema. Tradisi merantau, misalnya, digambarkan dengan menarik dalam cerpen yang menjadi judul buku, "Perantau". Dalam beberapa cerpen lainnya, pengarang mengemukakan kritik sosial: "Tujuh Puluh Tujuh Lidah Emas" mengungkap sepak terjang pemerintah pusat dalam eksploitasi kekayaan alam daerah, sedangkan "Kami Lepas Anak Kami" mengangkat masalah pendidikan anak yang tak sesuai takaran. Dalam "Lelaki Bermantel" pengarang bermain dengan kepribadian ganda, sementara cerpen lainnya menjelajahi dunia mistisisme dan psikologi tokohnya. Sebelumnya, Gus tf Sakai telah menghasilkan beberapa kumpulan cerpen, yakni Istana Ketirisan (1996), Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999), Laba-laba (2003). Pengarang kelahiran Payakumbuh, Sumatera Barat, ini telah meraih beberapa penghargaan, antara lain SEA Write Award dari Kerajaan Thailand. Kumpulan cerpennya dalam bahasa Inggris (yang diterbitkan oleh Yayasan Lontar) berjudul The Barber (2002).

Memoar Hadrianus (2007)

Penulis: Marguerite Yourcenar
Penerjemah: Apsanti Djokosujatno
Tebal: 384 halaman
Penerbit: Obor, Jakarta

Memoar Hadrianus (2007)

Hadrianus adalah salah seorang kaisar penting Romawi yang telah melakukan reformasi politik, sosial, dan ekonomi demi menyelamatkan negaranya dari kehancuran akibat ekspansi wilayah yang terus-menerus. Marguerite Yourcenar (1903-1987) menampilkan kembali sosok kaisar itu lewat penelusuran teks-teks kuno dan tempat-tempat penting selama 24 tahun. Cerita mengalir lewat serangkaian surat yang ditujukan kepada sepupu Hadrianus, Markus, yang kelak menduduki takhtanya. Di sini sang kaisar merenungi kejayaannya di medan perang; kecintaannya akan puisi dan musik, filsafat, dan kekasihnya. Yourcenar memilih Hadrianus sebagai tokoh karena kaisar itu hidup pada zaman ketika dewa-dewi Romawi tidak lagi dipuja sementara iman Kristiani belum lahir—ketika manusia, dalam kata-kata Yourcenar, "berdiri sendirian" dalam semacam melankoli yang dalam dan agung. Ini sejalan dengan konflik Yourcenar sendiri yang hidup pada zaman pasca-perang Eropa. Marguerite Yourcenar adalah nama pena novelis Prancis, Marguerite Cleenewerck de Crayencour. Ia menjadi perempuan pertama yang terpilih menjadi anggota Akademi Prancis pada tahun 1980.

Blindness (2007)

Penulis: Jose Saramago
Penerjemah: Arif Bagus Prasetyo
Tebal: 452 halaman
Penerbit: Ufuk Press, Jakarta

Blindness (2007)

Seorang pengemudi yang sedang menunggu lampu lalu lintas menyala hijau mendadak buta. Lelaki yang membantunya pulang dengan selamat kemudian mencuri mobilnya. Esoknya, istri si lelaki buta itu membawanya ke dokter mata. Dalam beberapa hari saja, istri lelaki itu, si pencuri mobil, dokter mata, dan semua pasiennya juga mengalami kebutaan tanpa sebab yang jelas. Mereka lalu dikurung di gedung bekas rumah sakit jiwa. Siapa saja yang berusaha melarikan diri akan menghadapi peluru penjaga. Jumlah penderita yang membludak mengakibatkan pecahnya pemberontakan. Seluruh penduduk di negara tak bernama ini pun ternyata mengalami kebutaan. Hanya ada satu orang yang luput dari fenomena ini, istri si dokter mata.

Inilah novel yang mendalami sebuah realitas sosial. Kehidupan menjadi lumpuh akibat hilangnya kemampuan melakukan hal yang sungguh biasa. Metafor kebutaan bisa jadi penanda banyak hal dan membuka peluang diskusi. Seperti buku-bukunya yang lain, Saramago terlihat bergairah untuk bermain dengan kemungkinan-kemungkinan kenyataan yang ia bangun dengan logika realisme. Sebelumnya, penulis kelahiran Ribatejo, Portugal, pada tahun 1922 ini melejit berkat Baltazar and Blimunda (1982). Menyusul sensor pemerintah Portugal terhadap novelnya, The Gospel According to Jesus Christ (1991), Saramago pindah ke Pulau Lanzarote di Kepulauan Canary. Ia dianugerahi Camoes Prize pada 1995 dan Hadiah Nobel pada 1998.